Berita

Penyuluh Agama KUA Danurejan Membimbing Dzikir Wabin Lapas Yogyakarta.

Yogyakarta (KUA Danurejan) – Penyuluh Agama KUA Danurejan Yogyakarta H. Sujoko Suwono, S. Ag., MSI membimbing dzikrullah di dalam hati warga binaan (wabin) Lembaga Pemasyarakatan (Lapas) Yogyakarta pada 23 Juli 2025. Pada pembinaan wabin yang dilaksanakan sepekan sekali ini Sujoko membimbing praktek dzikir dalam hati sesuai Qur’an Surat (QS) Al-A’rof ayat 205. Ayat ini menjelaskan bahwa sebutlah nama Tuhanmu di dalam jiwa/batinmu dengan rendah diri dan rasa takut, dan tidak mengeraskan suara di waktu pagi dan petang.

Dalam melaksanakan metode praktek dzikir ini sangat sulit, karena batin itu dibolak-balikkan oleh Allah. Oleh karena itu Allah memberikan jalan keluar dalam berdzikir tersebut dengan memperbanyak istighfar dalam batin, sesuai QS Al-A’la ayat 14. Pada ayat ini disebutkan “Sesungguhnya beruntunglah orang yang membersihkan diri (dengan iman).
Oleh karena batin kita itu banyak lintasan selain nama Allah, maka solusinya adalah setiap muncul berbagai lintasan (selain nama Allah) dalam batin segera diikuti istighfar di dalam batin juga. Begitu seterusnya walaupun tidak sempat menyebut nama Allah dalam batin, sudah beruntung.

Praktek pelaksanaannya dengan cara duduk bersila antara pusat dan dada tegak lurus, pergelangan tangan diletakkan di atas lutut, lidah ditangkupkan ke langit-langit mulut dalam keadaan tertutup rapat dan mata terpejam, urat-urat kepala, pipi dan jidat dikendorkan agar rileks. Selanjutnya diawali dengan membaca surat Al-Fatihah, ayat Kursi, surat Al-Ikhlas, Al-Falaq, An-Nas, doa kedua orang tua, Syahadatain, Sholawat dan kalimat istighfar. Kemudian setiap ada lintasan selain nama Allah di dalam batin segera diikuti istighfar di dalam batin juga. Istighfar ini tidak dihitung secara kuantitas, melainkan setiap ada lintasan selain nama Allah segera istighfar dengan penuh kesadaran bahwa batin kita ada lintasan selain nama Allah itu tidak boleh, sehingga harus segera beristighfar minta ampun kepada Allah. Ketika mengakhiri dzikir ini menyebut nama Allah dalam batin seperti orang menjerit tetapi di dalam batin, lalu diulang semakin keras sampai seolah-olah tidak ada lintasan lagi. Selanjutnya tarik nafas, sambil menahan nafas membaca surat Al-Fatihah dengan khusyuk dalam batin dengan jumlah semampunya saat menahan nafas. Setelah itu ditiupkan ke telapak tangan lalu diusapkan ke muka dan anggota badan yang dianggap perlu.

Jika terpaksanya tidak bisa menyebut nama Allah di dalam batin, maka tidak mengapa, karena di dalam kalimat istighfar Astaghfirulloohal’adhiim itu ada Asmaul Husna Al-‘Adhiim yang berarti Yang Maha Agung.

Terakhir Sujoko mengajak seluruh wabin yang hadir di masjid Al-Fajar Lapas Jl. Tamansiswa no. 6 Yogyakarta ini untuk dapat mempraktekkan metode dzikir ini. Penghayatan Sujoko supaya metode dzikir ini segera masuk dalam hati (batin) dilaksanakan pada waktu pagi 1 jam sehabis sholat Shubuh dan waktu petang 1 jam sehabis sholat Ashar. Pada dua waktu ini harus digunakan dengan sebaik-baiknya, lebih-lebih bagi wabin di Lapas ini yang tidak banyak kesibukan seperti warga masyarakat di luar Lapas. Jika sudah bisa berdzikir di dalam batin insya Allah iman akan masuk di dalam batin, sehingga sholat mulai khusyuk dan syaitan ora doyan, demit ora ndulit sesuai dengan Qur’an surat An-Nahl ayat 98-99. (Jk).

Leave a Reply