Penyuluh Agama KUA Danurejan Berikan Pembinaan di MT Masjid Ukhuwah Islamiyah

Yogyakarta (KUA Danurejan) – Penyuluh Agama Islam KUA Danurejan, H. Sujoko Suwono, S.Ag., MSI., kembali memberikan pembinaan rutin di Majelis Taklim (MT) Masjid Ukhuwah Islamiyah, Tegal Lempuyangan DN III/152 Yogyakarta, pada Ahad pagi, 7 Desember 2025. Kegiatan majelis taklim yang berlangsung setiap Ahad mulai setelah sholat jamaah Shubuh hingga Syuruq itu diikuti dengan antusias oleh jamaah setempat. Dalam pertemuan kali ini, Sujoko mengangkat tema yang cukup menggelitik, yakni : “Mengapa orang berdoa atau berdzikir dibaca keras ? Apakah Allah itu tuli” ?
Menjawab pertanyaan tersebut, Sujoko menjelaskan bahwa dzikir pada dasarnya cukup dilakukan dalam hati, sebagaimana ditegaskan dalam Qur’an Surat (QS) Al-A’rof ayat 205 dan QS. Ali Imron ayat 191. Pada QS Al-A’rof ayat 205 disebutkan “Ingatlah Tuhanmu dalam hatimu dengan rendah hati dan rasa takut pada waktu pagi dan petang, dengan tidak mengeraskan suara dan janganlah kamu termasuk orang-orang yang lengah”. Pada QS. Ali Imron ayat 191 ditegaskan “(yaitu) orang-orang yang mengingat Allah sambil berdiri, duduk atau dalam keadaan berbaring dan memikirkan tentang penciptaan langit dan bumi (seraya berkata), “Ya Tuhan kami, tidaklah Engkau menciptakan semua ini sia-sia. Mahasuci Engkau. Lindungilah kami dari adzab neraka”. Dzikir yang dilakukan dalam hati lebih khusyuk dan penuh kesadaran akan lebih berdampak pada ketenangan batin.
Sujoko menambahkan bahwa terdapat bentuk dzikir yang memang disyariatkan untuk dibaca dengan suara keras. Yakni dzikir haji (kalimat talbiyah) yang harus dibaca dengan keras, sebagaimana perintah dalam QS. Al-Baqoroh ayat 200”. “Apabila kamu telah menyelesaikan manasik (rangkaian ibadah) haji, berdzikirlah kepada Allah sebagaimana kamu menyebut-nyebut nenek moyang kamu, bahkan berdzikirlah lebih keras dari itu. Di antara manusia ada yang berdoa, Ya Tuhan kami, berilah kami (kebaikan) di dunia, sedangkan di akhirat dia tidak memperoleh bagian apa pun”.
Kemudian dzikir dalam sholat, yaitu bacaan-bacaan sholat, tidak dilakukan terlalu pelan maupun terlalu keras. “Bacalah dengan suara pertengahan, seperti disebutkan pada QS. Al-Isro’ ayat 110. Katakanlah (Nabi Muhammad), “Serulah Allah atau serulah Ar-Raḥmān, nama-mana saja yang kamu seru, (maka itu baik) karena Dia mempunyai nama-nama yang terbaik (Asmaulhusna). Janganlah engkau mengeraskan (bacaan) sholatmu dan janganlah (pula) merendahkannya. Usahakan jalan (tengah) di antara (kedua)-nya”.
Acara pembinaan ditutup dengan sesi tanya jawab yang berlangsung hangat dan interaktif.
Sujoko kemudian memberikan nasihat penutup untuk memperkuat pemahaman jamaah dalam mengamalkan dzikir sesuai tuntunan syariat. (Jk).



