Belajar Tanggap Bencana, Siswa Kelas 1–3 MIN 1 Yogyakarta Ikuti Simulasi Gempa

Yogyakarta (MIN 1 Yogyakarta) — Masih dalam rangkaian kegiatan outing class di Taman Pintar Yogyakarta, siswa kelas 1, 2, dan 3 ABC MIN 1 Yogyakarta mendapat pengalaman baru yang tak kalah menarik, yaitu belajar tentang kebencanaan dan klimatologi. Kegiatan ini berlangsung di zona edukasi kebencanaan yang dirancang untuk meningkatkan literasi kesiapsiagaan bencana sejak usia dini.
Di area ini, siswa diperkenalkan pada berbagai jenis bencana alam yang sering terjadi di Indonesia, seperti gempa bumi, gunung meletus, banjir, dan tsunami. Melalui poster edukatif, miniatur, dan tayangan interaktif, mereka belajar memahami penyebab terjadinya bencana, dampak yang ditimbulkan, serta langkah-langkah penyelamatan diri yang dapat dilakukan saat menghadapi situasi darurat.
Salah satu momen paling menarik bagi siswa adalah saat mereka menjajal ruang simulasi gempa. Di dalam ruangan tersebut, siswa merasakan getaran seperti gempa sungguhan dengan intensitas ringan hingga sedang. Petugas memberikan penjelasan tentang prosedur tanggap darurat, seperti berlindung di bawah meja, menjauh dari kaca, dan tidak panik ketika gempa terjadi. Pengalaman ini memberikan pembelajaran langsung yang melekat kuat di benak anak-anak.

Selain itu, siswa juga mendapatkan penjelasan mengenai ilmu klimatologi dan peran BMKG (Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika) dalam memantau cuaca, iklim, serta aktivitas gempa di Indonesia. Dengan bahasa yang sederhana, petugas menjelaskan bagaimana teknologi digunakan untuk mendeteksi tanda-tanda alam dan memberikan peringatan dini kepada masyarakat.
Kegiatan ini bukan hanya menambah wawasan ilmiah, tetapi juga membentuk karakter tangguh, waspada, dan peduli lingkungan. Siswa belajar bahwa Indonesia sebagai negara rawan bencana membutuhkan warga yang siap dan berpengetahuan dalam menghadapi berbagai kemungkinan.
Melalui pembelajaran di zona kebencanaan Taman Pintar, MIN 1 Yogyakarta berkomitmen menumbuhkan literasi kebencanaan sejak dini dengan cara yang menyenangkan dan edukatif. Siswa tidak hanya memahami teori, tetapi juga mengalami simulasi nyata yang mengajarkan keberanian, ketenangan, dan kepedulian terhadap sesama dalam situasi darurat. (gyt)



