Kompetensi Fikih Praktis, MAN 1 Yogyakarta Bekali Murid Kelas X Praktek Perawatan Jenazah

Yogyakarta (MAN 1 Yogyakarta) – MAN 1 Yogyakarta mengintegrasikan ilmu keagamaan dengan keterampilan praktis dalam kegiatan Praktek Perawatan Jenazah. Pada Rabu (5/11/2025), ratusan murid kelas X mengikuti sesi intensif Praktek Perawatan Jenazah, sebuah materi krusial yang jarang disentuh secara mendalam dalam kurikulum reguler. Kegiatan ini melibatkan seluruh angkatan kelas X yang dibagi menjadi 13 kelompok besar, masing-masing didampingi oleh satu pembimbing, dan tersebar di empat lokasi berbeda: aula lantai 2, masjid lantai 1 dan 2, serta lantai 1 gedung SBSN, memastikan setiap murid mendapatkan pengalaman langsung yang optimal.
Sesi diawali dengan pemaparan mendalam dari narasumber ahli perawatan jenazah, yakni Azariyani, S.Pd., Tri Muryani, dan Jasimin. Salah satu pemateri, Azariyani, menyampaikan penekanan syariat dalam Islam: “Jika seseorang muslimah meninggal, ada kewajiban bagi muslimah yang lain: memandikan, mengafani, dan mensholatkan jenazah. Untuk muslim, ditambah mengantarkan jenazah.” Ia kemudian memaparkan teknis dan urutan tahap demi tahap perawatan jenazah secara detail.
Pendamping kelompok, Latifah Rahmawati, S.Ag, M.Pd, turut memberikan motivasi yang mengikat para murid dengan realitas kehidupan. “Semoga dari kegiatan ini kita mendapatkan ilmu yang benar tentang perawatan jenazah dan bisa kita praktekkan. Karena kalian nantinya akan merawat jenazah keluarga kalian jika ada yang meninggal,” ujarnya, menegaskan fungsi praktis dari ilmu yang didapat.

Setelah sesi pemaparan teknis selesai, para murid segera memasuki fase praktek. Dalam kelompok masing-masing, mereka secara bergantian melaksanakan simulasi langkah-langkah krusial, mulai dari memandikan, mengkafani, hingga menyolatkan jenazah. Pembagian lokasi di berbagai area madrasah dirancang agar proses simulasi berjalan dengan fokus dan higienis.
Menanggapi pelaksanaan kegiatan ini, Kepala MAN 1 Yogyakarta, H. Edi Triyanto, S.Ag., S.Pd., M.Pd., memberikan apresiasi tinggi. Ia menyebut kegiatan ini sebagai pilar penting dalam membentuk karakter murid yang utuh. “Praktek perawatan jenazah ini bukan sekadar mata pelajaran Fikih, tetapi adalah penanaman rasa tanggung jawab sosial dan spiritual. Kami ingin lulusan MAN 1 Yogyakarta tidak hanya unggul dalam akademik dan sains, tetapi juga memiliki bekal amaliyah yang kuat. Mampu merawat jenazah adalah fardhu kifayah yang sering kali diabaikan. Dengan bekal ini, murid kami siap menjadi uswatun hasanah, teladan yang baik, bagi keluarga dan komunitas mereka di masa depan,” tegasnya. (dee)



