Hari Keempat SPARK 2025, Penyuluh Agama KUA Umbulharjo Aktif Ikuti Pelatihan Teknik Negosiasi Kasus Konflik

Jakarta – 25 Juni 2025
Kegiatan Sekolah Penyuluh dan Penghulu Aktor Resolusi Konflik (SPARK) 2025 memasuki hari keempat dengan fokus pada pelatihan teknik negosiasi dalam penanganan konflik berbasis agama dan sosial. Suparman, Penyuluh Agama Islam dari KUA Umbulharjo, Kota Yogyakarta, tampak aktif dan antusias dalam mengikuti sesi yang difasilitasi oleh para ahli resolusi konflik. Materi yang disampaikan pada sesi ini menekankan keterampilan negosiasi strategis, khususnya dalam konteks situasi sensitif yang melibatkan perbedaan keyakinan, kepentingan komunitas, dan tekanan sosial. Peserta diajak untuk memahami anatomi konflik, mengenali posisi dan kepentingan para pihak, serta merumuskan pendekatan dialogis yang mengarah pada solusi damai.
Fasilitator menghadirkan simulasi kasus nyata konflik berbasis rumah ibadah dan penolakan komunitas, yang kemudian harus diselesaikan melalui proses negosiasi oleh kelompok peserta. Suparman dipercaya menjadi salah satu juru bicara kelompok dalam simulasi tersebut, dan menunjukkan kapasitas komunikasi serta ketenangan dalam memetakan konflik dan menawarkan opsi penyelesaian. “Saya belajar bahwa keberhasilan negosiasi bukan soal menang-menangan, tetapi bagaimana semua pihak merasa didengar dan dihargai,” ujar Suparman saat diminta tanggapannya setelah sesi berlangsung.
Fasilitator memuji partisipasi aktif para peserta, termasuk Suparman, yang dinilai mampu menerjemahkan prinsip moderasi beragama ke dalam pendekatan yang praktis dan aplikatif. Materi ini juga membekali peserta dengan tools analisis konflik, seperti pemetaan pihak-pihak yang terlibat, dinamika kekuasaan, serta metode win-win solution yang berkeadilan. Kegiatan SPARK hari keempat ini menjadi bukti bahwa penyuluh agama tidak hanya dituntut menguasai narasi-narasi keagamaan, tetapi juga memiliki kemampuan teknis dalam menangani konflik secara profesional dan manusiawi. Suparman menyampaikan bahwa pengalaman dalam pelatihan ini sangat relevan dengan tantangan dakwah di lapangan, khususnya di lingkungan urban yang penuh dinamika sosial. “Pelatihan ini membuka wawasan baru tentang bagaimana membangun dialog lintas kelompok secara produktif,” ungkapnya. Kegiatan SPARK akan berlanjut hingga hari kelima dengan penekanan pada praktik advokasi berbasis data dan keterlibatan aktif penyuluh dalam jejaring resolusi konflik daerah.(arm)